READIN.ID – PENAJAM – Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) 51 Universitas Mulawarman (Unmul) memperkenalkan inovasi pestisida nabati kepada petani di Desa Bangun Mulya, Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara. Langkah ini diambil karena sebagian besar penduduk desa berprofesi sebagai petani tanaman pangan dan hortikultura, sehingga masalah hama menjadi tantangan utama.
Ester Ebuliance Sitompul, mahasiswa Fakultas Agroekoteknologi, menjelaskan bahwa pestisida nabati adalah alternatif ramah lingkungan dari pestisida sintetis yang selama ini lazim digunakan. Meskipun pestisida sintetis bekerja instan, penggunaannya dapat memicu resistensi hama dan merusak lingkungan.
Ester menuturkan, pestisida nabati dibuat dari tanaman yang mengandung senyawa alami seperti alkaloid dan flavonoid. Senyawa ini berfungsi mengusir hama secara bertahap, bukan membunuhnya secara langsung.
“Pestisida nabati ini bahan dasarnya diambil dari tanaman sekitar. Tanaman tersebut mengandung senyawa alami yang bermanfaat untuk menolak hama tanpa merusak tanaman,” kata Ester.
Berbeda dengan pestisida sintetis, pestisida nabati lebih aman karena tidak memicu resistensi hama dan tidak meninggalkan residu berbahaya pada hasil panen. Selain itu, bahan bakunya mudah ditemukan di desa, sehingga dapat menekan biaya produksi dan mengurangi ketergantungan petani.
“Ini bukan hanya tentang membasmi hama, tapi juga menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan pertanian,” tambahnya.
Dari hasil survei, Ester memilih daun gamal dan buah bintaro sebagai bahan utama. Kedua tanaman ini belum dimanfaatkan oleh petani setempat, meskipun memiliki efektivitas tinggi. Buah bintaro efektif untuk mengendalikan tikus, sementara daun gamal ampuh melawan ulat dan kutu daun.
“Kalau pestisida sintetis, hama bisa menjadi resisten. Pestisida nabati ini berbeda karena memiliki mekanisme kerja yang lebih kompleks dan tidak memicu resistensi, sehingga lebih aman digunakan dalam jangka panjang,” ujarnya.
Dalam pelatihan, Ester melibatkan langsung para petani. Buah bintaro yang dipotong kecil-kecil difermentasi dalam galon, sedangkan daun gamal dihaluskan terlebih dahulu sebelum proses serupa. Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan selama proses pembuatan.
Meskipun pestisida nabati bekerja lebih lambat dibandingkan pestisida sintetis, penggunaannya dinilai lebih ekonomis. “Kalau pestisida sintetis memang instan, tapi butuh biaya lebih mahal karena harus selalu membeli. Sedangkan pestisida nabati bisa dibuat dari bahan lokal, sehingga lebih murah dan tetap efektif,” tutupnya.
Meski menyadari bahwa mayoritas petani berusia di atas 40 tahun dan cenderung memilih cara instan, Ester menekankan bahwa tujuan utama program ini adalah mengurangi ketergantungan petani pada pestisida sintetis. Dengan begitu, lingkungan pertanian di Desa Bangun Mulya dapat lebih terjaga.(*lov)






