Eco-Enzyme, Inovasi Mahasiswa KKN Ubah Limbah Organik Jadi Berkah

oleh -91 Dilihat
oleh

READIN.ID – PENAJAM – Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Mulawarman (Unmul) angkatan 51 membawa inovasi sederhana namun berdampak besar bagi warga Desa Bangun Mulya, Kecamatan Waru. Melalui program edukasi Eco-Enzyme, mereka mengajak masyarakat mengolah limbah organik rumah tangga menjadi produk ramah lingkungan.

Eco-enzyme adalah cairan hasil fermentasi sisa buah, sayuran, dan bahan organik lain dengan gula merah atau molase. Setelah tiga bulan, cairan ini bisa digunakan sebagai pupuk, pembersih alami, atau pengusir hama.

Program ini digagas oleh dua mahasiswa, Haslan dan Grace Oktavia Jawan, yang melihat tumpukan sampah organik dan kebutuhan warga akan solusi ramah lingkungan.

“Kami ingin meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pengelolaan sampah organik dan memperlihatkan manfaat nyata dari eco-enzyme,” kata Grace.

Program eco-enzyme yang diperkenalkan mahasiswa ini mengusung konsep aromaterapi. Mereka menggunakan kulit jeruk, kulit nanas, atau serai agar cairan yang dihasilkan memiliki aroma segar.

“Bahannya gratis. Limbah dapur ada setiap hari, gula merah ada di dapur, air pun mudah didapat,” jelas Haslan.

Proses pembuatannya pun terbilang sederhana, Pertama, siapkan wadah plastik bermulut lebar dengan tutup rapat, kedua masukkan potongan buah dan sayuran. Kemudian tambahkan air dan gula merah atau molase. Setelah itu, tutup rapat wadah, beri label, lalu simpan selama tiga bulan.

Meskipun butuh kesabaran, Grace meyakini hasilnya sepadan. Ampas sisa fermentasi bahkan bisa diolah kembali menjadi pupuk padat atau pembersih kloset.

Tantangan dalam pembuatan eco-enzyme adalah wadah tidak boleh sering terpapar udara luar. Namun, hal itu dapat diatasi dengan membuka tutup wadah sebentar seminggu sekali untuk mengeluarkan gas.

Sambutan Positif dan Harapan Keberlanjutan

Warga Desa Bangun Mulya menyambut program ini dengan antusias, karena belum pernah ada pelatihan serupa di desa mereka. “Respon masyarakat awalnya cukup antusias karena belum pernah ada yang mempraktikkan atau memberi sosialisasi,” ungkap Haslan.

Antusiasme warga terlihat dari banyaknya pertanyaan selama sosialisasi. Mahasiswa percaya, meskipun belum semua warga akan rutin memproduksi eco-enzyme, program ini telah membuka wawasan mereka.

Grace berharap keberlanjutan program ini akan bergantung pada kesadaran masyarakat. Ia memastikan, warga yang ingin melanjutkan praktik ini dapat menghubunginya atau Haslan jika membutuhkan informasi tambahan.

“Keberlanjutan eco-enzyme tergantung kesadaran masyarakat. Limbah organik bisa dimanfaatkan, dan jika warga ingin melanjutkan, mereka bisa menghubungi saya,” pungkas Grace.

Melalui program eco-enzyme, KKN 51 Unmul berhasil membuktikan bahwa inovasi sederhana dapat membawa dampak besar. Warga tidak hanya mendapat pengetahuan baru, tetapi juga keterampilan praktis dalam mengolah limbah rumah tangga menjadi produk bermanfaat bagi lingkungan dan ekonomi.(*lov)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *