READIN.ID – PENAJAM – Sektor konstruksi di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) kini menghadapi tantangan serius. Kebijakan pemerintah terkait pembatasan belanja daerah dan ketidakjelasan pencairan dana dari pusat membuat sejumlah pelaku usaha konstruksi di PPU memilih menahan diri untuk mengambil proyek pembangunan. Kondisi ini dikhawatirkan menghambat roda pembangunan daerah.
Anggota Komisi III DPRD PPU, Adjie Noval, menilai bahwa pelaku konstruksi merasa tidak mendapat jaminan keuangan yang memadai. Akibatnya, mereka enggan memulai proyek.
“Beberapa pemain konstruksi juga enggak berani untuk kerja karena mereka masih mikir ketika mereka pinjam untuk modal usaha ke bank, apa yang bisa didapat pemain konstruksi,” ujar Adjie saat diwawancarai pada Selasa (3/6/2025).
Adjie menjelaskan, sistem yang berlaku saat ini belum memberikan kepastian hukum atau jaminan pembayaran kepada kontraktor setelah proyek dijalankan.
“Memaksakan diri mencari modal usaha secara mandiri akan menjadi risiko besar bagi pelaku usaha. Oleh karena itu, daripada menanggung risiko gagal bayar, mereka memilih untuk menunggu,” ucapnya.
Ia menambahkan, tanpa uang muka, pelaku usaha harus membiayai proyek sendiri. Hal ini sangat berisiko bagi sebagian besar kontraktor kecil dan menengah. Mereka tidak ingin terjerat utang bank jika pembayaran dari pemerintah daerah kemudian tidak lancar.
“Kita bukan membela pemain konstruksi ya, tapi ini fakta bahwa mereka sangat terdampak. Sementara mereka yang mau bekerja tidak ada uang muka,” katanya.
Kekhawatiran ini, lanjut Adjie, bukan karena pelaku usaha tidak mau bekerja, melainkan karena tidak adanya mekanisme perlindungan. Tanpa skema penjaminan atau jadwal pembayaran yang jelas, pelaku usaha hanya akan dirugikan jika proyek tetap dijalankan.
Meski demikian, Adjie menyebut, jika ada pelaku konstruksi yang berani mengambil risiko, dipersilakan untuk melanjutkan. Risiko memang tetap ada, namun keputusan untuk tetap bekerja sepenuhnya bergantung pada kesiapan dan keberanian masing-masing pelaku usaha.
“Kalau pemain-pemain konstruksi berani ya silakan, tapi jangan takut itu pasti terbaik,” pungkasnya.
Adjie berharap, jika ada keberanian dan kesadaran pemerintah untuk memberikan jaminan atau kemudahan akses, kemungkinan besar pelaku konstruksi akan tetap melanjutkan pekerjaannya.(*lov/adv)