READIN.ID – PENAJAM – Menjelang peringatan 80 tahun kemerdekaan Indonesia pada Agustus 2025, Kementerian Kebudayaan meluncurkan proyek penulisan ulang sejarah Indonesia. Inisiatif ini disambut baik oleh berbagai pihak, termasuk Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Penajam Paser Utara (PPU), Thohiron.
Proyek penulisan ulang sejarah ini bertujuan memperbarui narasi sejarah Indonesia secara lebih akurat dan inklusif. Prosesnya melibatkan 113 sejarawan, arkeolog, dan akademisi dari berbagai daerah di Indonesia.
Thohiron menyambut positif inisiatif tersebut, terutama karena disertai rencana untuk memasukkannya ke dalam kurikulum pendidikan nasional. Ia menekankan bahwa sejarah memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan identitas generasi muda.
“Ya bagus kalau Kementerian Kebudayaan mau memasukkan sejarah dalam kurikulum. Itu sangat penting supaya anak-anak kita mengerti bangsanya sendiri,” ujarnya saat diwawancarai pada Senin (2/6/2025).
Namun, Thohiron mengingatkan bahwa penulisan ulang sejarah harus dilakukan secara objektif dan berdasarkan fakta yang autentik.
“Dengan catatan, sejarah itu harus betul-betul ditulis seorisinal mungkin. Jangan sampai anak-anak kita tidak tahu sejarah bangsanya,” tegasnya.
Ia juga menyoroti bahwa sejarah merupakan bagian besar dari kehidupan manusia dan dunia secara keseluruhan.
“Isi dunia ini hampir 90 persen itu bercerita tentang sejarah. Maka itu penting sekali untuk diwariskan kepada anak cucu kita,” tambahnya.
Menanggapi kekhawatiran bahwa materi sejarah mungkin sulit diserap siswa, Thohiron menilai hal itu tidak akan menjadi kendala besar.
“Terkait adaptasi, siswa akan dengan sendirinya menyesuaikan dengan apa yang diberikan dalam kurikulum. Jadi otomatis saja adaptasinya,” tutupnya.
Proyek penulisan ulang sejarah ini direncanakan menghasilkan 11 jilid buku yang mencakup sejarah Indonesia dari masa prasejarah hingga era reformasi, dengan target penyelesaian pada Agustus 2025.(*lov/adv)